Minggu, 25 November 2012

Burung Puyuh (Coturnix coturnix)

Burung Puyuh (Coturnix coturnix)
Yang umum dikenal sebagai Puyuh adalah Unggas dari Marga Turnix, Coturnix  dan Arborophilla. Arborophilla dan coturnix seperti ayam (gallus) termasuk family Phasianidae, sedang genus turnix termasuk family Turnicidae.
Puyuh yang termasuk Turnicidae memiliki ciri jari kaki ketiganya menghadap ke depan sedang yang ke belakang tidak ada.
Cotohnya :  Puyuh tegalan (Turnix succicator), yang sering ditemui ditegalan-tegalan,
Puyuh kuning (Turnix sylvatica)’
Puyuh hitam (Turnix maculosa)
Genus Coturnix yang ada dalam kehidupan liar di Indonesia adalah Coturnix chinensis (Puyuh batu) dimana dengan ciri-ciri : badan kecil sekitar 15 cm dan masih dapat ditemui di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Genus Arborophilla di Indonesia dikenal dengan Puyuh genggong (Arborophilla javanica), puyuh pohon (Arborophilla hyperythra).
Adapun species (jenis) puyuh yang umum dibudidayakan adalah Coturnix coturnix japonica dengan systematic zoology sebagai berikut :
Kingdom :  Animal
Phylum    :  Chordata
Class        :  Aves
Order       :  Galliformes
Family      :  Phasianidae
Genus      :  Coturnix
Species    :  Coturnix coturnix japonica
Asal usul puyuh (Coturnix coturnix) ini belum jelas benar dan diperkirakan dari coturnix liar yang dijinakkan. Puyuh betina mulai bertelur pada umur 50 hari walau dewasa tubuh baru umur 70 hari. BB betina dewasa mencapai 140 gram dan kemampuan produksi telur 200 – 300 butir per tahun dengan rata-rata Berat telur 10 gr.

Beda Puyuh Jantan dan Betina
Untuk membedakan jantan dengan betina akan tampak jelas benar pada umur 3 minggu. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut
Bagian
Jantan
Betina
Cloaca
Pada dinding bagian atas ada tonjolan kecil
Tidak ada Tonjolan
Suara
Umur 1,5 – 2 bulan berkokok
Tidak berkokok
Pantat
Bulat lebih besar
Lebih kecil dari jantan
Bulu
Dada / leher bawah merah-coklat tanpa garis-garis
Dada / leher bawah merah-coklat dengan garis atau bercak hitam
BB
± 140 gr
Kurang dari 140 gr

Tujuan Pemeliharaan Burung Puyuh
  1. Menghasilkan telur Konsumsi. Telur puyuh mengandung13,6 % protein (ayam 12,7 %), lemak 8,24 % (ayam 11,3%).
  2. Menghasilkan daging
  3. Kotoran sebagai hasil samping bisa untuk pupuk.

Kandang
Kandang puyuh dapat dibuat dalam bentuk sangkar dengan dasar dari kawat atau litter (sekam). Dengan bentuk sangkar ini maka kandang dapat disusun  3-4 tingkat. Untuk ukuran kandang dengan panjang 1 m lebar 0,8 m dan tinggi 30-40 cm, maka dapat menampung 40-50 ekor burung puyuh.

Kandang sistem litter
Sistem litter mempunyai kelebihan antara lain :
  1. Hemat tenaga dan praktis karena tidak membersihkan setiap hari
  2. Merupakan sumber vitamin B12
  3. Dasar kandang tidak cepat rusak
  4. Kesehatan kaki puyuh terjamin
  5. Kehangatan merata
  6. Dapat menyerap kotoran dan air
  7. Mengurangi kanibalisme karena puyuh selalu mengkais.
Namun selain kebaikan, sistem litter juga memiliki kelemahan antara lain :
  1. Litter yang basah menyebabkan sumber penyakit
  2. Penggantian litter setiap penggantian penghuni.
  3. Karena puyuh suka mengkais maka wadah makanan sebaiknya diletakkan diluar kandang agar tidak penuh litter dan apabila terpaksa harus diletakkan dalam kandang, maka tempat pakan harus dirancang tidak mudah tercemar litter.

Makanan
Pada keadaan aslinya, makanan burung puyuh adalah biji-bijian, daun-daunan dan serangga. Pada pemeliharaan secara intensif maka makanan harus tersedia lengkap. Makanan puyuh diberikan secara ad libitum dan diperkirakan untuk jantan 20 gr/ hari.
Fase starter (0-3 minggu) kandungan PK 24-28 %,
Fase Grower (3-7 minggu) kandungan PK 20 %
Fase Layer ( setelah umur 50 hari – 8 bulan) kandungan PK ± 24 %
Sebagai potong, (setelah 8 bulan), maka PK ± 20 %.

Pedoman Teknis Budidaya
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
a.  Penyiapan Sarana dan Peralatan (Perkandangan)
Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.
Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.
Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:

Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2

Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama

Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh

Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram

Peralatan
Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan
b.  Peyiapan Bibit
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan.
Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
  1. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
  2. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran
  3. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik

c.  Pemeliharaan
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin
Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup
Pemberian Pakan
Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus
Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda beternak puyuh

d.    Hama dan Penyakit
Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berk yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.
Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya
Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo
Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox
Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.
Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai
Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya
Cacingan
Penyebab: sanitasi yang buruk.
Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya
Lebah (Apis species)
Sejak jaman prasejarah manusia telah mengenal lebah sebagai penghasil madu. Namun perkembangan tersebut berjalan sangat lamban. Pemikiran untuk memelihara yang semula di alam terbuka, dalam gua-gua, dalam lobang-lobang, kayu-kayu besar dan tua mengilhami cara kehidupan lebah. Dengan demikian bentuk kandang yang dibuat sekarang ini menirukan rumah-rumah lebah dalam kehidupan tidak terpelihara.
Secara Zoology lebah tergolong Phylum Arthropoda, binatang bersegment dan termasuk class Insecta (serangga) yang bersayap (Pterygota).
Tujuan pemeliharaan adalah untuk penghasil madu, malam (lilin) dan royal jelly. Fungsi madu selain untuk kesehatan (obat-obatan) juga sebagai campuran cosmetic.

TERNAK POTONG KECIL

Kambing (Capra Species)
Ternak Kambing yang ada sekarang diduga berasal dari 3 Kambing liar yakni Capra hircus dari Pakistan dan Turki, Capra falconeri dari Khasmir dan Capra prisca dari Balkan. Secara systematic zoology kambing dapat disusun sebagai berikut
Kingdom :  Animal
Phylum    :  Chordata
Class        :  Mammalia
Order       :  Ungulata
Family      :  Bovidae
Genus      :  Capra
Species    :  Capra species
Kalau diamati perkembangan sebagai ternak potong, maka kambing masih kalah dengan domba, dan biasanya disamping sebagai ternak potong juga sebagai ternak perah. Banyak kambing-kambing luar yang didatangkan ke Indonesia seperti Etawa, Angora, Khasmir, Mountgommeri dari India dan juga Saanen dan Toggenburg dari Belanda.
Peternakan Kambing di Indonesi banyak terdapat di pantai utara Jawa, Sulawesi Selatan, Aceh dan Nusa Tenggara. Pada daerah tropis umumnya bertujuan sebagai ternak potong, namun di daerah sub tropis banyak diarahkan pada produksi susu.

Bangsa Kambing
Uraian bangsa-bangsa kambing sebagai ternak potong tidak lepas dengan uraian kambing perah pada Pokok Bahasan Ternak Perah. Bangsa kambing yang ada di Indonesia antara lain :

Kambing Kacang (Kambing Jawa)
Terdapat diseluruh Indonesia, bentuk badan kecil dengan bobot badan 10-20 Kg dan tinggi badan ± 53 cm, telinga pendek tegak. Namun juga ada yang mencapai bobot badan jantan 25 Kg dan betina 20 Kg.

Kambing Benggala
Orang banyak menyebut kambing autralia, namun sebenarnya bukan dari Australia tetepi dari Mesir. Terdapat banyak di pantai utara Pulau Jawa seperti Cirebon dan Semarang. Tubuh agak besar dari kambing kacang, leher tegak pendek sehingga tampak gagah, bulu panjang dan ada yang tidak bertanduk.

Kambing Kosta
Kambing Kosta berasal dari Iran, terdapat banyak disekitar Jakarta. Badan tegak, hidung rata dan kadang melengkung, tanduk pendek, telinga agak panjang. Warna kebanyakan putih.

Kambing Jawarandu
Nama lain dari kambing jawarandu adalah Kambing PE (Lihat di Bab ternak Perah)

Kambing Anggora
Kambing ini berasal dari Turki, Jantan dan betina bertanduk, telinga rebah, bulu lebat panjang.

Kambing Boer
BOER FULLBLOOD
FB ini adalah kambing boer yang dibawa daripada Afrika Selatan berbadan tegap. Warna kambing boer tulen keseluruhan kemerah-merahan atau hampir hitam.

FERAL
Feral Kambing liar Australia. Petani di sana menangkapnya disekitar hutan dan menjualnya keseluruh dunia, termasuk Indonesia dan Malaysia.

BOER F1
Boer FB jantan yang di kawinkan dengan kambing feral betina yang berwarna putih. Menghasilkan boer F1. Berwarna putih keseluruhan dan bentuk badan masih bercirikan feral

BOER F2
Boer FB dikawinkan denga boer F1 menghasilkan boer F2. Ciri-ciri utamanya ialah kepala berwarna coklat tetapi agak kabur warnanya. Bentuk badannya juga masih kurang ciri-ciri boer yang berkualitas

BOER F3
Boer F3 adalah kawinkan antara boer FB dengan boer F2. Ciri-ciri utamanya ialah kepala berwarna coklat kemerah-merahan. Bentuk badan menyerupai kambing boer FB. Kualitasnya sangat baik dan banyak dibawa masuk ke Malaysia dan Indonesia.

BOER F4
Begitu juga boer F4. Ia juga merupakan kacukan antara boer FB dengan F3. Kepalanya berwarna coklat lebih gelap berbanding boer F3. Keseluruhan kepalanya coklat kemerah-merahan dan kehitam-hitaman. Bentuk badan menyerupai kambing boer FB juga

BOER F5 -F7 (PURE BREED)
Boer F5-F7 juga di kenali sebagai Boer Purebreed Kacukan ini memperlihatkan pengaruh gen boer yang kuat.
Secara keseluruhannya, kelihatan boer purebreed hampir sama dengan boer FB. Cuma terdapat tompok-tompok putih atau tompok-tompok coklat di badannya. Warna coklat kemerah-merahan bukan hanya terdapat di kepala tetapi turut terdapat di badan. Boer generasi ini juga sangat berkualiti untuk dijadikan baka (pejantan).

Boer Fullblood (FB) – adalah kambing boer keturunan asal dari Africa yang tidak dicampur dengan mana-mana baka kambing lain. Kambing ini mempunyai ciri Boer yang sebenar, iaitu cepat membesar dan membiak. Kat Malaysia harga untuk jenis ini paling kurang RM2,000 seekor.
Boer F1 – adalah anak kambing yang lahir hasil dari perkahwinan antara Boer Fullblood (FB) dengan kambing jenis lain.
Boer F2 – adalah anak kambing yang lahir hasil dari perkahwinan antara Boer Fullblood (FB) dengan Boer F1
Boer F3 – adalah anak kambing yang lahir hasil dari perkahwinan antara Boer Fullblood (FB) dengan Boer F2
Boer F4 – adalah anak kambing yang lahir hasil dari perkahwinan antara Boer Fullblood (FB) dengan Boer F3
Purebreed – adalah gelaran bagi F4 (bagi betina) dan F4 keatas bagi jantan.

Beberapa Istilah yang terkait dengan Ternak Kambing
  • Alpine = Salah satu bangsa kambing perah yang terkenal berasal dari Perancis dan Swiss, dengan warna putih dan hitam serta totol-totol. Termasuk kambing perah yang berukuran besar, betina dewasa mencapai 55 Kg. Produksi susu dapat mencapai 950 Kg dengan kadar lemak 3,5 % dalam masa laktasi 8 – 10 Bulan.
  • American la mancha = Bangsa kambing perah yang terkenal di Amerika serikat.
  • Angora = Bangsa kambing yang berasal dari daerah Angora Asia Kecil. Kambing ini terkenal sebagai penghasil Mohair yaitu bulu kambing yang berkualitas bagus, disamping peranan kambing ini sebagai penghasil daging.
  • Bleat = Suara yang spesifik dari kambing atau domba.
  • Buck = Kambing jantan dewasa.
  • Buck Kid = Kambing jantan muda
  • Chevon = Daging anak kambing (kid).
  • Doe = Kambing betina dewasa.
  • Doe Kid = Kambing betina muda
  • Venison = daging rusa yang dapat dimakan.
  • Slatted floor = alas kandang yang berlubang (tidak rapat)
  • Slurry = feaces yang tercampur urine dalam perkandangan ternak.
  • Marbling = penyebaran partikel lemak di dalam daging.
  • Meatiness = derajat perdagingan atau ratio antara urat daging, lemak dan tulang.
  • Mohair = bulu kambing jenis angora.
  • Chevrotain = Tragulus javanicus (kancil / pelanduk).
  • Carbonated water = Air minum yang mengandung CO2. Pada ayam petelur, peristiwa “Panting” yang terjadi pada keadaan suhu lingkungan tinggi, dimaksudkan untuk mengurangi beban panas dari dalam tubuh. Karena terengah-engah itu, maka terlalu banyak CO2 yang dikeluarkan sehingga tubuh mengalami defisiensi CO2 dan karena cenderung terjadi “ALKALOSIS” (Respiratory Alkalosis). Salah satu akibatnya ialah tidak sempurnanya sistesa kulit telur (CaCO3), hingga kulit telur menipis dan resiko pecah sangat meningkat. Penggunaan air minum yang mengandung CO2 telah menunjukkan hasil yang dapat diharapkan mengatasi problema tsb. Di samping itu pada ternak Kambing dan babi, penggunaan carbonated drinking water juga membantu problema respiratory alkalosis.
  • Flushing = Usaha memperbaiki makanan pada ternak yang habis melahirkan anak agar supaya segera dapat kembali pada kondisi normal

Domba (Ovis Species)
Penjinakkan domba diperkirakan dari Asia Tengah. Seperti di Turkistan ditemukan tulang-tulang yang berumur kira-kira 8000 tahun sebelum Nabi Isa. Semenjak permulaan usaha peternakan domba diarahkan guna menghasilkan air susu, daging, gemuk dan wool.
Di Eropa Domba Mouflon (Ovis musimon) hidup dalam keadaan liar, warnanya sawo matang keabu-abuan sampai kemerah-merahan, tanduk sangat kuat membengkok ke belakang. (Kadang-kadang betina juga bertanduk). Sungguhpun penyebarannya sangat luas, namun sekarang hanya terdapat di Corsika dan Sardinia.
Domba Argali (Ovis ammon) terdapat banyak di Asia Utara dan Asia Tengah mulai dari Turkistan sampai Kamchatka. Domba ini ditandai dengan tanduk yang terpilin. Domba urial (Ovis vignei), sebagai domba asli Asia Tengah. Domba ini ditandai dengan surai pada leher dan tanduk yang terpilin kuat baik yang jantan maupun yang betina.
Domba-domba jinak diduga keturunan dari Domba Urial (Ovis vignei) yang merupakan awal domba di Asia Kecil, Balkan, Hongaria dan bangsa-bangsa domba dari Alpen. Demikian juga Domba Merino dianggap keturunan dari domba urial ini.Persilangan domba Mouflon dan Domba Urial berkembang di Eropa.
Di Indonesia, usaha untuk memajukan peternakan domba telah dirintis dengan mendatangkan bibit-bibit dari luar negeri seperti Merino, Kapstad, Romney, ataupun Texal dari Belanda dengan tujuan memperbaiki domba-domba local.
Secara systematic zoology, domba dapat disusun sebagai berikut :
Kingdom :  Animal
Phylum    :  Chordata
Class        :  Mammalia
Order       :  Ungulata
Family      :  Bovidae
Genus      :  Ovis
Species           :  Ovis species

Banyak orang yang kesulitan untuk menentukan domba atau kambing. Untuk itu secara umum dapat dibedakan keduanya dengan melihat :
Bagian
Kambing
Domba
Janggut
Rambut dan Wool
Ekor
Bau
Cara Makan
Nama
Berjanggut (terutama ♂
Berambut
Ekor arah ke atas
Ada Bau Khas (khususnya ♂)
Broushing (meramban)
Wedus
Tidak Berjanggut
Wool (domba Indonesia masih juga berambut)
Arah ke bawah
Tidak ada bau khas
Grazzing (merumput)
Gibas

Jenis-jenis Domba yang ada di Indonesia
Domba Jawa Asli
Terdapat di seluruh Indonesia, bentuk kecil dan daging sedikit, beranak satu (jarang beranak 2-3 ekor),  warna rambut putih, hitam, sawo matang sampai coklat.
Domba Ekor Gemuk (DEG)
Domba ini banyak terdapat di Pulau Madura, Bondowoso, Probolinggo, Besuki, Jember, Situbondo dengan asal usul yang tidak pasti. Ciri khas adalah Ekor Gemuk dan panjang dengan berat  3-10 Kg dimana ujungnya kecil.
Domba Priangan (Garut)
Terdapat di Priangan / Garut Jawa Barat. Diperkirakan merupakan hasil silang dari Domba Lokal, Domba Tanjung Harapan (Asal Afrika Selatan) dan Domba Merino (Asal Australia). Domba Garut merupakan domba Indonesia yang paling baik, dimana BB Jantan 60-80 Kg, Betina 30-40 Kg dengan Tinggi Jantan 75 cm dan betina 62 cm.
Warna rambut kebanyakan putih, tetapi ada juga yang hitam, coklat, belang hitam dan abu-abu dengan bulu yang halus, panjang dari yang asli.
Domba Merino
Asal dari Asia Kecil. Karena mutu wool baik, maka cepat berkembang dikawasan dunia seperti Australia, Eropa, Afrika dan Amerika.
Domba Rambouillet
Asal Perancis. Badan lebar dalam dan padat, gesit, kepala terangkat. Yang jantan bertanduk besar, sedangkan yang betina tidak bertanduk. Domba ini merupakan tipe daging dan wool yang sangat baik.

Domba dari Luar Negeri
  1. Domba Chevoid (Scotland)
  2. Domba Southdown (Inggris)
  3. Domba Leicester (Inggris)
  4. Domba Lincoln (Inggris)
  5. Domba Corriedale (New Zealand)
  6. Domba Karakul (Amerika Serikat)
  7. Domba Gurez, Karanah, Bhakaral dari India.

Beberapa Istilah yang terkait dengan Ternak Domba
  • Argali = Domba liar (ovis ommon) yang terdapat di Asia Pusat.
  • Berrichon du cher = Bangsa domba perah yang dikembangkan di Perancis yang mengandung darah domba merino
  • Chamois = kulit segar domba yang disamak dengan minyak.
  • Cheviot = Salah satu bangsa domba tipe pedaging
  • Corriedale = Salah satu bangsa domba yang termasuk tipe pedaging yang cukup baik.
  • Dagging / Crutching = pencukuran bulu domba biasanya pada musim gugur dan panas untuk mencegah infeksi parasit.
  • Drape = Sapi atau domba betina yang tidak dapat beranak.
  • Drysdale = suatu bangsa domba dari selandia baru yang merupakan tipe wool. Domba ini merupakan mutasi dari Romney.
  • Ewe = domba betina dewasa.
  • Fag = caplak yang menyerang domba.
  • Wether = domba jantan yang telah dikastrasi
  • Gimmer / hogget = Domba betina yang mulai saat disapih sampai saat pencukuran woolnya yang pertama kali.
  • Ile de france = Bangsa domba yang berasal dari perancis.
  • Lamb = anak domba
  • Masham = hasil persilangan domba Black Face dengan Wensleydale
  • Mutton = daging domba atau kambing pada fase pertumbuhan awal.
  • Teg = domba yang berumur sekitar 2 tahun.
  • Texel = Bangsa domba dari Belanda pertumbuhan cepat dan produksi susu banyak.
  • Tup = domba jantan
  • Southdown = Bangsa domba tipe daging
  • Shropshire = salah satu bangsa domba tipe daging.
  • Ram = Domba jantan dewasa
  • Rambouillet = Bangsa domba tipe wool
  • Shear = memotong atau mencukur bulu pada domba atau kambing